Thursday, 1 May 2014

Sumber : agungradja.blogspot.com

Saya percaya bahwa Tuhan itu ada. Saya percaya Dia yang menciptakan saya. Bagaimana mungkin semua yang ada di dunia ini terjadi begitu saja, terjadi secara kebetulan.


Mulai dari; hanya satu planet saja yang bisa ditinggali manusia secara bebas (bumi), kemudian rotasi perputaran planet-planet yang begitu beraturan, keindahan-keindahan alam, funsi-fungsi organ tubuh manusia. Apa iya kalau itu semua ada begitu saja tanpa pemikiran hebat dibalik itu semua?

Bagaimana mungkin teori-teori tentang terjadinya sesuatu (seperti manusia awalnya adalah kera, kemudian bumi ini terjadi karena suatu ledakan besar) itu ada? Ah rasanya terori-teori itu lebih tidak masuk akal saya.

Tapi yang menjadi pertanyaan saya adalah sebetulnya dari mana Tuhan itu datang? Dari mana Dia berasal? Apakah Dia tiba-tiba saja ada? Saya tidak percaya akan sesuatu yang “tiba-tiba saja ada”

Yang saya ketahui adalah bahwa Tuhan itu adalah yang awal dan yang akhir (Alfa & Omega). Kepercayaan yang saya anut mengajarkan untuk tidak memikirkan/memusingkan hal yang diluar kemampuan saya. Saya kira itu cukup masuk akal, Ya Tuhan itu maha besar sedangkan saya kecil. Bayak batasan-batasan hal yang dapat dan tidak dapat saya lakukan, bahkan saya tidak bisa menembus ruang dan waktu.

Kepercayaan yang saya anut menyarankan untuk menuruti perintah Tuhan. Katanya Dia sudah menyiapkan sutau tempat dimana tidak ada rasa sakit, rasa kecewa, diskriminasi, tapi tempat itu dipenuhi dengan sukacita, kebahagiaan, tanpa penyakit, tanpa dukacita, tanpa kejahatan, tanpa kematian, tanpa rasa benci dan membenci. Mereka bilang nama tempat itu adalah Surga.

Bagaimana bisa saya percaya itu semua?
Entahlah…

Kata hati saya menyuruh untuk mempercayai itu. Lagipula sepertinya Tuhan itu makhluk yang baik. Dia suka akan hal yang indah, manis, mulia. Kata orang, Dia tidak suka kejahatan, kebohongan, pembunuhan, perzinahan.

Oh pantas saja Surga yang Dia janjikan dan siapkan itu berisi tentang keindahan. Mungkin itu yang membuat kata hati menyuruh saya untuk percaya dan memilih Dia.

Seringkali rasa ragu itu muncul. Dikala saya berdoa, tiba-tiba saja pemikiran ini muncul; “apakah Dia itu mendengar doa saya?” saya mengucapkannya dalam hati, tanpa suara, tanpa mulut yang komat-kamit. “Apakah Dia dengar?”


“Dia maha besar sedangkan saya kecil”. Pekerjaan Dia pasti tak terselami oleh pikiranku yang kecil ini. Dia pasti punya cara hebat untuk mendengar doa yang diucapkan dalam hati dan doa-doa manusia-manusia lain yang banyak jumlahnya, bahkan sewaktu manusia berdoa disaat yang bersamaan.

0 komentar:

Post a Comment

Leonardo. Powered by Blogger.