Dokter Siloam Hospital Itu Ternyata Bohong
Sengaja saya menulis terbuka di sini dan dengan jelas menuliskan nama sebuah rumah sakit besar dan terkenal di Semanggi, Siloam Hospitals. Sebenarnya kisah ini sudah cukup lama terpendam dan beredar menjadi bahan pembicaraan, tapi dari pada jadi unek-unek yang menyiksa hati ini, saya putuskan untuk menuliskan secara terbuka di sini. Ini adalah kisah nyata sebagai salah seorang pasien di RS yang cukup besar dan punya reputasi bagus di Semanggi. Biar tidak terjadi salah paham dan berujung hal yang kurang bagus seperti kasus Prita, saya sangat menyarankan untuk membaca keseluruhan tulisan ini, jangan diambil sepotong-sepotong apalagi memunculkan interpretasi sendiri.
Kisah ini
berawal dari seorang pasien yang datang ke RS karna kecelakaan, kita sebut saja
nama nya dengan inisial “Budiman”. “Ternyata Narkoba Lebih Bermanfaat daripada Rokok“. Dan memang unek-unek yang mengganjal
hati ini berawal dari kejadian tersebut. Kecelakaan yang di alami menyebabkan Budiman
harus menjalani opname
beberapa hari di RS ini dan menjalani beberapa kali operasi.
Dokter yang
menangani Budiman bernama dr. Poetranto Hari Nugroho, Sp.OT, seorang dokter
spesialis ortopedi. Budiman biasa panggil beliau dokter Hari dan kebetulan
beliau adalah ayah dari teman sekolah anak nya yang besar. Sengaja juga saya
sebut nama sang dokter biar tulisan ini menjadi transparan karena tulisan
berikut menyangkut tindakan dan kinerja pak dokter tersebut.
Di bawah
penanganan dokter Hari, diskusi panjang lebar tentang perkembangan kondisi Budiman
menjadi menarik karena pak dokter sangat enak menjelaskan berbagai hal yang
menjadi pertanyaan Budiman. Budiman pun sangat percaya dengan kinerja professional
dan pengalaman pak dokter sebagai seorang spesialis. Memang efek dari
kecelakaan yang menimpa Budiman kali ini merupakan yang paling parah dibanding
beberapa kali insiden yang pernah Budiman alami yang kalau dilihat dari
kejadiannya “seharusnya” berefek lebih parah daripada kecelakaan kali ini kata
Budiman.
Satu hal
yang saya tuliskan sebagai “kebohongan” dari penjelasan sang dokter adalah
sebuah pertanyaan Budiman pada suatu sesi diskusi mengenai perkembangan tangan
kiri yang mengalami disposisi pada tulang pergelangan sehingga harus menjalani
beberapa kali terapi. Budiman memastikan ke dokter Hari dengan bertanya, “Setelah operasi ini, apakah saya akan bisa
memetik gitar dengan bagus dan menyanyikan lagu-lagu favorit saya Pak Dokter?”
Dengan
yakin dan mantap pak dokter menjawab dan berkata,“Ya, tentu saja. Kamu akan bisa memetik gitar kesayangan dan
menyanyikan lagu-lagu tersebut dengan baik. Tentu saja harus bertahap dan mengikuti
treatment untuk therapy lebih lanjut ya?”
Cukup
gembira dan lega hati Budiman mendengar pernyataan dokter Hari yang cukup
meyakinkan dan saya juga percaya terhadap kapabilitas pak dokter yang
profesional, bukan hanya berbicara dalam konteks memberikan “angin surga” saja
kepada pasiennya. Dengan penuh keseriusan, Budiman dengan tekun menjalani therapy lanjutan pasca operasi. Prosesi
fisioterapi yang sungguh menyakitkan saya jalani dengan sepenuh hati, meski
diiringi teriakan kesakitan ketika sesi therapy
yang dipandu dengan sabar oleh suster.
Selama sebulan Budiman menjalani therapy
dengan teratur dan menunjukkan hasil yang positif dan akhirnya tangan kiri
Budiman bisa berfungsi sempurna seperti sedia kala.
Sangat
lega rasanya ketika sudah menyelesaikan rentetan aktivitas fisioterapi ini. Dan
tiba waktunya Budiman membuktikan omongan pak dokter bahwa Budiman akan bisa memetik gitar kesayangan dengan bagus
dan menyanyikan lagu-lagu favorit nya. Dengan tidak sabar
Budiman langsung ambil gitar kesayangan yang sudah lama menggantung berdebu
tidak tersentuh lagi dan coba menekan
grip dan memetik senarnya. Sungguh prosesi awal yang sama sakitnya
seperti waktu therapy
ketika tangan kiri ini coba menggenggam batang gitar kata Budiman. Tapi setelah
beberapa saat, setelah otot mengendur dan bisa menyesuaikan, rasa sakit perlahan
mulai berkurang, membuat hati ini cukup lega.
Kemudian
coba memetik senar memainkan lagu-lagu favorit dengan penuh semangat ditemani
istri tercinta nya di samping menjadi saksi sejarah bahwa Budiman akan bisa memainkan gitar kesayangan ini
dengan bagus dan bersama-sama menyanyikan lagu favorit mereka “Best I Ever Had” garapan Vertical Horizon. Dengan penuh
semangat coba memainkan setiap nada, tapi yang keluar malah jadi suara kaleng
rombeng tidak karuan. Berkali-kali dicoba dengan sepenuh hati dan segenap perasaan,
tetap saja tidak membuahkan hasil sebuah alunan gitar yang bagus.
“Teganya
dokter Hari berbohong”,
kata Budiman dengan lirih akhirnya Budiman hanya bisa pasrah memeluk gitar
kesayangan nya dengan mata yang sedikit basah. Setelah semua prosesi Budiman
jalani sesuai petunjuk pak dokter dengan segala macam bentuk pengorbanan,
ternyata hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Hampir saja Budiman putus asa
dan beniat membanting gitar yang ada di tangan nya, kalau saja tidak dicegah
oleh tangan halus istri tercinta nya.
Dengan
lembut berbisik ke telinga, “Pa,
sudahlah…memang dari dulu Papa kan tidak berbakat musik. Malah lagu yang Papa
mainkan barusan jauh lebih merdu daripada pas dulu kita nyanyikan saat-saat
pacaran“.
“Jadi…yang
barusan itu lebih bagus ya..? Jadi…dokter Hari tidak bohong donk..kan emang
Papa dari dulu kagak bener kalau mainin gitar…cuman genjrang genjreng ajah.. -_- masak setelah operasi bisa selevel ama Joe
Satriani. Kalau bener gitu baru tu pak dokter bohong besar…” :)
Kalau
begitu… Lanjooottt….jreng…jreng….!!! *:nyengir
- cerita ini terinspirasi dari kisah nyata
- nama orang dan tempat adalah nyata
- kisahnya jauh dari kenyataan *:nyengir lagi
0 komentar:
Post a Comment