Monday 7 July 2014

Beberapa tahun yang lalu, sekelompok pebisnis menghadiri konfrensi dagang sedaerah di Chicago.. Mereka semua telah berjanji pada istri mereka untuk kembali ke rumah lebih awal agar dapat menghabiskan waktu dan makan malam bersama Jumat itu.
 
Tergesa-gesa mengejar penerbangan, salah seorang dari mereka  tanpa sengaja menendang sebuah meja penjual apel. Apel-apel berjatuhan kemana-mana. Tanpa berhenti maupun menoleh sedikit pun mereka terus bergegas menuju di terminal tujuan. Mereka tiba tepat waktu, hampir saja mereka ketinggalan pesawat!

Namun ada seorang diantara mereka. Ia berhenti. Masih terengah-engah, ia teringat akan apel-apel tadi dan merasa kasihan terhadap gadis penjual apel.
Ia kemudian menyuruh teman-temannya untuk pergi tanpanya. Sambil melambai ia berpesan agar mereka memberitahu istrinya bahwa ia akan terbang pada penerbangan berikutnya.  Kemudian ia berjalan kembali ke terminal tempat penjual apel tadi.

Dan ia bersyukur melakukannya. Si gadis penjual apel berusia 16 tahun dan ternyata buta! Saat itu ia sedang menangis terisak, air mata mengalir deras di pipinya. Frustrasi dan putus asa ia meraba-raba sekeliling mencoba menggapai apel-apelnya yang berserakan. Sementara banyak orang lalu lalang, tak ada satu pun yang berhenti dan mencoba membantu.

Si pebisnis berlutut bersama gadis buta tersebut, membantu mengumpulkan apel-apel, menaruhnya kembali di meja, dan menyusunnya seperti semula. Kemudian ia memperhatikan, banyak apel yang bonyok dan rusak akibat jatuh tadi. Ia menyisihkannya di keranjang yang lain.

Ketika mereka selesai, ia mengeluarkan dompetnya dan berkata “Nak, ambillah $50 ini untuk membayar kerusakan yang kami lakukan. Apa kamu baik-baik saja?” Sang gadis mengangguk, masih terisak. “Saya harap kami tidak merusak harimu yang indah”, lanjutnya.

Saat pria tersebut hendak berjalan pergi, si gadis buta memanggilnya “Sebentar pak”, ia terhenti dan menatap si gadis. “Apakah anda Yesus?” lanjut si gadis.

Si pedagang tertegun.  Ia membalikkan badannya dan berjalan mendekati si gadis dan berkata, “Bukan nak, saya sama sekali tidak seperti Yesus – Ia baik, lemah lembut, peduli, ramah; sama sekali tidak akan merusak daganganmu seperti ini”

Si gadis mengangguk, “ Saya hanya bertanya, sebab, saya berdoa kepada Yesus dan memohon agar Ia membantu saya mengumpulkan apel-apel saya. Ia ternyata mengirim anda untuk membantu saya. 

Terima kasih pak karna telah mendengarkan Yesus”
Si pedagang perlahan melanjutkan perjalanannya untuk penerbangan selanjutnya. Satu pertanyaan terniang di telinganya : ‘Apakah anda Yesus?’

Apakah ada orang yang pernah salah mengira anda adalah Yesus?

Banyak orang di dunia ini seperti gadis itu, mereka dalam keadaan buta dan membutuhkan pertolongan. Namun kita yang telah dicelikkan oleh Yesus Kristus jarang yang mau berhenti sejenak dan menolong mereka. Jika kita menyatakan mengenal Yesus, seharusnya kita berjalan dan hidup sebagaimana Yesus hidup. Sehingga ketika kehidupan seseorang bersentuhan dengan hidup kita, dia dapat merasakan kasih Yesus itu. Sudahkah hidup kita mencerminkan kehidupan Yesus?

Itulah tujuan kita bukan? Untuk menjadi sama seperti Yesus sehingga orang-orang tidak dapat membedakankannya; untuk menunjukkan kepada dunia yang buta ini akan kasihNya! Dan karunia kehidupanNya bagi kita.

Jika kita mengaku mengenal Dia, kita harus hidup, berjalan dan berlaku sama seperti Dia. Mengenal Dia harusnya lebih dari sekedar mengutip ayat Alkitab atau pergi ke gereja. Mengenal Dia seharusnya menghidupkan Firman dalam kehidupan kita, hari ke hari.

Kita adalah “apple of His eye” sekalipun kita rusak atau cacat karena sempat terjatuh. Ia berhenti dari kesibukannya dan mengangkat anda dan saya ke bukit yang disebut Kalvari, ..dan Ia membayar penuh untuk kita!









0 komentar:

Post a Comment

Leonardo. Powered by Blogger.